15 Pahlawan Nasional Perempuan Indonesia Sesuai Daerahnya

Admin 0 Komentar

Deretan pahlawan nasional perempuan perlu kita ketahui. Karena mereka telah berjasa besar untuk negara serta masyarakat yang kini aman & damai

INDIFFS.COM – Para pahlawan nasional perempuan di Indonesia telah berjasa dalam memperjuangkan Kemerdekaan Republik Indonesia. Mereka berjuang sejak zaman penjajahan Belanda hingga mempertahankan Kemerdekaan RI.

Maka dari itu, ada banyak perempuan Indonesia yang diberi gelar pahlawan karena jasa-jasanya terhadap Indonesia. Pahlawan nasional sendiri adalah gelar penghargaan tertinggi di Indonesia, sama hal nya anumerta atau gelar yang diberikan pemerintah kepada orang yang sudah meninggal, yang sangat berjasa dan diteladani oleh masyarakat.

Pahlawan Nasional Wanita

Gelar pahlawan menjadi sebuah penghargaan yang disematkan untuk setiap tokoh yang memberikan andil besar untuk Indonesia. Gelar ini lah menjadi tanda jasa atas tindakan berani mereka dalam mengorbankan nyawanya.

Dalam hal ini, tak hanya laki-laki saja yang menjadi Pahlawan Indonesia. Ada juga sederet pahlawan nasional perempuan ter-hebat yang diberikan gelar pahlawan nasional. Siapa saja? Simak di bawah ini:

1. Nyi Ageng Serang, Purwodadi

Raden Ayu Serang memiliki nama kecil Raden Ajeng Retno Kustiyah Wulaningsih Retno Edi atau yang dikenal sebagai Nyi Ageng Serang adalah salah satu keturunan Sunan Kalijaga. Perempuan berasal dari Purwodadi, Jawa Tengah ini merupakan anak dari pangeran Natapraja dan melawan penjajahan bersama ayah dan kakaknya, Kyai Ageng Serang.

Pahlawan wanita satu ini lahir pada 1752 yang memiliki semangat luar biasa untuk membela rakyatnya karena dipicu oleh kematian dan kakak nya membela Pangeran Mangkubumi melawan Pajubuwona I yang dibantu oleh para Belanda.

Hebatnya, ia tak pantang menyerah dan tetap memimpin pasukan di usia 73 tahun walaupun ayah, kakak dan suaminya telah gugur. Bahkan, Pangeran Diponegoro mengakui akan kehebatan beliau dalam menyusun strategi, hingga dipercaya menjadi salah satu penasihatnya.

2. Andi Depu Dari Polewali Mandar, Sulawesi Barat

Andi Depu

Andi Depu – Indiffs

Pahlawan yang lahir pada 1 Agustus 1907 bernama Agung Hajjah Andi Depu Maraddia Balanipa dikenal karena keberhasilan nya dalam mempertahankan suatu wilayah dari penaklukan Belanda. Ia berani dan berhasil mengibarkan bendera Merah Putih saat pasungan Jepang datang pada tahun 1942 di Mandar. Karena keberaniannya, ia dianugrahkan Buntang MahaPutra Tingkat IV dari Presiden Soekarno.

Pada 10 November 2018, ia dianugerahi gelar Pahlawan Nasional Indonesia oleh Presiden Joko Widodo bersama dengan Abdurrahman Baswedan, pada beliau dan 5 tokoh bangsa lainnya. Ini tertuang di Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 123/TK/Tahun 2018 tentang Penganugerahan Gelar Pahlawan Nasional.

3. Dewi Sartika, Jawa Barat

Dewi Sartika

Dewi Sartika – Indiffs

Sosok pahlawan wanita yang satu ini merupakan pendiri sekolah wanita pertama di Hindia Belanda. Ia resmi diakui sebagai Pahlawan Nasional pada tahun 1966. Ia juga membantu Sekolah Istri Wanita di Pendopo Kabupaten Bandung pada tahun 1904. Lalu, sekolah ini berganti nama menjadi Sekolah Keoetamaan Istri di tahun 1910 dan berubah lagi menjadi Raden Dewi pada september 1928.

Berkat jasanya dalam memperjuangkan pendidikan, Dewi Sartika yang lahir 4 Desember 1884 dianugerahi gelar Orde van Oranje-Nassau. Selain itu juga diakui sebagai Pahlawan Nasional pada 1 Desember 1966.

4. Cut Nyak Dhien, Aceh

cut nyak dien

cut nyak dien – Indiffs

Masyarakat Aceh tentunya bangga memiliki sosok Cut Nyak Dhien. Karena tekad nya yang kuat dalam melawan Belanda dipicu oleh kematian suaminya dalam pertempuran melawan penjajah. Lalu pada tahun 1880, ia menikah lagi dengan Teuku Umar dan bertempur bersama untuk melawan Belanda. Akan tetapi, untuk kedua kalinya ia ditinggalkan oleh suaminya karena pada 11 februari 1899 Teuku Umar gugur dan membuat ia berjuang sendirian di pedalaman Meulaboh bersama pasukan kecilnya.

Karena wanita hebat yang lahir pada 1948 ini sempat diasingkan di Sumedang dan meninggal pada 6 November 1908, serta makamnya berada di Kabupaten Sumedang.

5. Fatmawati, Bengkulu

Fatmawati

Fatmawati – Indiffs

Tanpa perempuan hebat yang satu ini, Indonesia mungkin tak akan memiliki bendera kemerdekaan untuk dikibarkan pada saat itu. Beliau adalah perempuan yang menjahit bendera Indonesia saat Proklamasi Kemerdekaan pertama dibacakan pada tanggal 17 Agustus 1945.

Selain menjahit Bendera Pusaka, istri dari presiden Soekarno ini aktif dalam kegiatan untuk membangun rumah sakit dan sarana kesehatan bagi masyarakat. Sehingga, pahlawan yang lahir pada 1923 ini memiliki rumah sakit bernama “Rumah Sakit Fatmawati.”

6. Raden Kartini, Jepara

Kartini

Kartini – Indiffs

Raden Ayu Kartini adalah seorang tokoh Jawa yang dikenal sebagai pelopor kebangkitan perempuan Nusantara. Ia adalah seorang aktivis Indonesia terkemuka yang mengadvokasi hak-hak perempuan dan pendidikannya. Beliau lahir pada tahun 1879 yang merupakan keluarga bangsawan.

Tanpa jasanya, mungkin hingga kini para perempuan tak akan dianggap setara dengan laki-laki. Berkatnya juga, kini perempuan berhak untuk mendapatkan pendidikan yang sama dengan kaum laki-laki.

7. Malahayati, Kesultanan Aceh

Malahayati

Malahayati – Istimewa

Keumalahayati, pejuang asal Kesultanan Aceh yang lahir di Aceh Besar pada tahun 1550. Perempuan tangguh ini memimpin 2.000 orang pasukan Inong Balee (janda-janda pahlawan yang telah syahid). Dengan keteguhan hati, mereka berperang melawan kapal dan benteng Belanda sekaligus membunuh Cornelis de Houtman. Peristiwa ini terjadi pada tanggal 11 September 1599. Berkat keberaniannya, maka Malahayati mendapat gelar Laksamana.

Dengan keteguhan hati, mereka berperang melawan kapal dan benteng Belanda sekaligus membunuh Cornelis de Houtman. Peristiwa ini terjadi pada tanggal 11 September 1599. Berkat keberaniannya, maka Malahayati mendapat gelar Laksamana.

8. Maria Walanda Maramis, Kecamatan Kema

Maria Walanda Maramis

Maria Walanda Maramis – Indiffs

Maria Josephine Catherine Maramis, atau yang lebih dikenal sebagai Maria Walanda Maramis lahir pada 1 Desember 1872. Ia adalah seorang Pahlawan Nasional Indonesia karena usahanya untuk mengembangkan keadaan perempuan di Indonesia pada awal abad dua puluh.

Untuk mengenang jasanya, telah dibangun Patung Walanda Maramis yang terletak di Kelurahan Komo Luar, Kecamatan Wenang, sekitar 15 menit dari pusat kota Manado yang dapat ditempuh dengan angkutan darat.

9. Martha Christina Tiahahu, Maluku

Martha Christina Tiahahu

Martha Christina Tiahahu – Indiffs

Martha lahir pada tanggal 4 Januari 1800 dari keluarga Thomas Matulessy. Thomas Matulessy (ayah Martha) adalah sesama prajurit yang berperang melawan koloni Belanda pada tahun 1817. Hal yang menjadi ciri khasnya adalah rambut yang selalu terurai dengan ikat kepala.

Ia dianggap sebagai pejuang kemerdekaan yang unik. Ia dikenal sebagai seorang puteri remaja yang turut dalam pertempuran melawan tentara kolonial Belanda dalam perang Pattimura tahun 1817.

Martha Christina adalah anak Kapiten Paulus Tijahahu. Ia selalu menemani sang ayah dalam setiap pertempuran, diantaranya perlawanan di Saparua di tahun 1817, perlawanan merebut benteng Beverwijk, dan pertempuran di daerah Ulat dan Ouw.

10. Cut Nyak Meutia, Aceh

cut nyak meutia

cut nyak meutia – Iqro

Perempuan pejuang yang tangguh bernama Cut Nyak Meutia. Awalnya, ia melakukan perlawanan terhadap Belanda dengan suaminya, Teuku Muhammad. Tetapi, suaminya berhasil ditangkap Belanda dan dihukum mati pada tahun 1905. Ia berjuang untuk mengusir orang-orang yang berusaha merebut wilayahnya bersama sang suami, Teuku Cik Tunon.

Cut Meutia, sebagai pahlawan nasional wanita, melanjutkan perlawanan terhadap Belanda bersama Pang Nanggroe hingga akhirnya terbunuh pada 26 September 1910.

11. Opu Daeng Risadju, Sulawesi Selatan

Opu Daeng Risadju

Opu Daeng Risadju – Kabar Makassar

Beliau adalah pahlawan perempuan yang lahir tahun 1880. Peran Opu Daeng Risaju dalam perlawanan terhadap tentara NICA di Belopa sangatlah besar. Opu Daeng Risaju membangkitkan dan memobilisasi para pemuda untuk melakukan perlawanan terhadap tentara NICA. Tentara NICA adalah tentara dari penjajah Belanda. Peranannya tersebut, membuat ia sering dijuluki Srikandi Tanah Luwu.

12. Rasuna Said, Sumatera Barat

Rasuna Said

Rasuna Said – Indiffs

Hajjah Rangkayo Rasuna Said, adalah seorang pejuang kemerdekaan Indonesia dan juga merupakan pahlawan nasional Indonesia. Seperti R.A Kartini, ia juga memperjuangkan adanya persamaan hak antara pria dan wanita. Menurutnya, kemajuan kaum perempuan tidak hanya didapat dari mendirikan sekolah, tetapi juga melakukan perjuangan politik.

Berkat pidato nya yang mengecam pemerintahan Belanda, ia terkena hukum Speek Delict, yakni hukum kolonial Belanda untuk orang yang berbicara menentang Belanda. Ia sempat tertangkap bersama temannya, Rasimah Ismail, dan di penjara di Semarang pada tahun 1932.

13. Roehana Koeddoes, Koto Gandang

Roehana Koeddoes

Roehana Koeddoes – Indiffs

Roehana adalah wartawati pertama Indonesia, ia mendirikan Sekolah Kerajinan Amai Setia di Kota Gadang. Sembari aktif di bidang pendidikan yang ia sukai. Ruhana menulis di surat kabar perempuan. Ketika dibredel pemerintah Hindia-Belanda, Ruhana berinisiatif mendirikan surat kabar.

Saat Belanda meningkatkan tekanan dan serangannya terhadap kaum pribumi, Roehana bahkan turut membantu pergerakan politik dengan tulisannya yang membakar semangat juang para pemuda. Roehana pun mempelopori berdirinya dapur umum dan badan sosial untuk membantu para gerilyawan. Dia juga mencetuskan ide bernas dalam penyelundupan senjata dari Kotogadang ke Bukittinggi

14. Siti Hartinah, Surakarta

Siti Hartinah

Siti Hartinah – Indiffs

Raden Ayu Hj. Siti Hartinah, atau yang lebih dikenal dengan Ibu Tien Soeharto, adalah istri Presiden Indonesia kedua, Jenderal Besar Purnawirawan Soeharto. Beliau dianugerahi gelar pahlawan nasional Indonesia tak lama setelah kematiannya. Beliau adalah sosok berpengaruh dalam pelarangan poligami bagi pejabat di Indonesia.

Ia mendesak perlunya larangan poligami yang akhirnya keluar dalam wujud Peraturan Pemerintah Nomor 10 tahun 1983 yang tegas melarang PNS untuk ber-poligami dan juga UU Nomor 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan. Ada juga wujud peninggalan dan gagasannya yang masih ada sampai saat ini, yakni Taman Mini Indonesia Indah Taman Buah Mekarsari, perpustakaan nasional, RSAB harapan kita, Museum dan lainnya.

15. Nyai Ahmad Dahlan, Yogyakarta

Nyai Ahmad Dahlan

Nyai Ahmad Dahlan – Biografiku

Siti Walidah atau yang dikenal sebagai Nyai Ahmad Dahlan adalah tokoh emansipasi perempuan, istri dari pendiri organisasi Muhammadiyah, Ahmad Dahlan dan juga seorang pahlawan nasional Indonesia. Selain itu, ia memprakarsai berdirinya perkumpulan Sopo Tresno pada tahun 1914 untuk wanita Islam. Perkumpulan ini fokus pada tiga bidang, yaitu dakwah, pendidikan dan sosial.

Beliau terus melakukan perjuangannya setelah suaminya meninggal dunia. Selain itu, ia membina generasi muda, terutama perempuan Islam agar tekun, gigih dan berpendidikan. Dengan membangun asrama putri di rumahnya untuk memberikan pendidikan keimanan, praktek ibadah hingga berlatih berpidato maupun dakwah.

Demikian pembahasan tentang pahlawan nasional perempuan di Indonesia yang perlu untuk diketahui. Apa ada pahlawan yang daerahnya sama denganmu?

Tanggapan

Belum ada

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Konten Terkait

Konten Terbaru