5 Puisi Legendaris Sapardi Djoko yang Jadi Ikon Google Doodle

Hani Hnsa 0 Komentar

Google Doodle tengah memperingati hari lahir Sapardi Djoko Damono, seorang penyair yang merevolusi puisi liris di Indonesia.

INDIFFS.COM – Google Doodle tengah memperingati hari lahir Sapardi Djoko Damono, seorang penyair yang merevolusi puisi liris di Indonesia. Terdapat beberapa puisi legendaris Sapardi Djoko Damono yang sering didengar oleh masyarakat.

Puisi merupakan karya sastra seseorang dalam menyampaikan pesan melalui diksi dan pola tertulis.

Bukan hanya itu, puisi juga berupa karya yang dikemas dalam bahasa imajinatif dan disusun dengan kata padat dan penuh makna. Sehingga para pembacanya terbawa arus dalam suasana puisi tersebut.

Seperti halnya puisi karya sastrawan terkenal yaitu Sapardi Djoko Damono yang maknanya begitu dalam sehingga membuat para pembaca maupun pendengarnya terbawa perasaan.

Puisi Sapardi Djoko Damono

Sapardi Djoko Damono adalah pujangga legendaris yang karya puisinya telah dikenal mendunia dan populer dalam dunia sastra Indonesia. Pria keturunan Surakarta ini menutup usia pada 19 Juli 2020 kemarin setelah adanya penurunan fungsi organ tubuh.

Walau begitu, karyanya yang luar biasa masih terkenang bagi para pecinta sastra dan puisi Indonesia. Berikut adalah beberapa daftar puisi populer karya Sapardi Djoko Damono:

  • Hujan Bulan Juni

tak ada yang lebih tabah
dari hujan bulan Juni
dirahasiakannya rintik rindunya
kepada pohon berbunga itu tak ada yang lebih bijak
dari hujan bulan Juni
dihapusnya jejak-jejak kakinya
yang ragu-ragu di jalan itu tak ada yang lebih arif
dari hujan bulan Juni
dibiarkannya yang tak terucapkan
diserap akar pohon bunga itu

  • Hatiku Selembar Daun

Hatiku selembar daun
melayang jatuh di rumput;
Nanti dulu,
biarkan aku sejenak terbaring di sini;
ada yang masih ingin kupandang,
yang selama ini senantiasa luput;
Sesaat adalah abadi
sebelum kausapu tamanmu setiap pagi.

  • Sementara Kita Saling Berbisik

sementara kita saling berbisik
untuk tingga lebih lama lagi
pada debu, cinta yang tinggal berupa
bunga kertas dan lintasan angka-angka
ketika kita saling berbisik
di luar semakin sengit malam hari
memadamkan bekas-bekas telapak kaki, menyekap sisa-sisa unggun api
sebelum fajar. Ada yang masih bersikeras abadi

  • Aku Ingin

Aku ingin mencintaimu dengan sederhana
dengan kata yang tak sempat diucapkan
kayu kepada api yang menjadikannya abu
Aku ingin mencintaimu dengan sederhana
dengan isyarat yang tak sempat disampaikan
awan kepada hujan yang menjadikannya tiada

  • Yang Fana Adalah Waktu

Yang fana adalah waktu. Kita abadi memungut detik demi detik,
merangkainya seperti bunga
sampai pada suatu hari
kita lupa untuk apa
“Tapi, yang fana adalah waktu, bukan?” tanyamu.
Kita abadi.

Demikian beberapa puisi karya Sapardi Djoko Damono yang populer hingga menginspirasi Google untuk membuat animasi peringati ulang tahunnya. Semoga bermanfaat!

Tanggapan

Belum ada

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Konten Terkait

Konten Terbaru