5 Tokoh Ulama Nusantara Yang Mendunia

Admin 4 Komentar

Masyarakat Indonesia pantas berbangga. Karena beberapa sejumlah tokoh okoh ulama nusantara yang dikenal mendunia.

Indiffs – Beberapa tokoh ulama nusantara yang mendunia – Ulama merupakan pemuka agama atau pemimpin agama yang bertugas untuk mengayomi, membina dan membimbing umat Islam baik dalam masalah-masalah agama maupun masalah sehari-hari yang diperlukan, baik dari sisi keagamaan maupun sosial kemasyarakatan. Sosok ulama biasanya disegani dengan banyaknya ilmu agama yang dimilikinya membuat para ulama menjadi sebuah panutan.

Ulama tak hanya berasal dari mekkah namun ada ulama dari Nusantara yang mendunia dan terkenal dimana-mana. Nusantara ini merupakan daerah dengan letak geografis di Asia Tenggara yang meliputi setidaknya Indonesia, Malaysia, Singapura dan Brunei Darussalam. Dari nusantara, lahir pula ulama-ulama nusantara yang dikenalnya di seluruh dunia.

Berikut 5 Ulama Nusantara yang Berhasil Menjadi Ulama Level Dunia:

Syaikh Ahmad Khatib Al-Minangkabawi Rahimahullah

Tidak hanya menjadi Imam di Indonesia, ulama ini pernah menjadi Khatib non-Arab pertama di Mekkah, lho. Ya, Syaikh Ahmad Khatib Al-Minangkabawi Rahimahullah pernah menjadi guru para ulama Indonesia di Mekkah. Syekh Khatib yang dikenal jenius dan rendah hati ini juga pernah dipercayakan menjadi staf pengajar di Masjid Al-Haram.

Melansir dari monitorday, Syaikh Ahmad Khatib Al Minangkabawi lahir di Kabupaten Agam Sumatera Barat pada tahun 1860 M. dan meninggal pada tahun 1916 M. Beliau belajar di Mekkah sejak muda karena di bawa oleh ayahnya ke sana. Beliau kemudian menjadi tokoh ulama dan menjadi Imam Masjidil Haram.

Beliau berguru kepada Sayyid Bakri bin Muhammad Zainul Abidin Syatha’ pengarang kitab I’anah Thalibin. Beliau mempunyai murid-murid yang kelak juga menjadi ulama besar seperti KH. Hasyim Asy’ari, KH. Ahmad Dahlan.

Karya-karya tulis Syaikhul Ahmad Khatib Rahimahullah dapat dibagi menjadi dua bagian, yaitu karya-karya yang berbahasa Arab dan karya-karya yang berbahasa Melayu dengan tulisan Arab. Kebanyakan karya-karya itu mengangkat tema-tema kekinian terutama menjelaskan kemurnian Islam dan merobohkan kekeliruan tarekat, bid’ah, takhayul, khurafat, dan adat-adat yang bersebrangan dengan Al Quran dan Sunnah.

Syeikh Muhammad Arsyad Al Banjari

Syaikh Arsyad Al Banjari adalah ulama besar kelahiran Martapura Kalimantan Selatan pada tahun 1710 M. dan wafat pada tahun 1812 M. Jika ditelusuri silsilahnya, beliau adalah seorang keturunan Nabi Muhammad SAW. Beliau belajar agama di Mekkah dan pulang ke kampung halamannya untuk menjadi pengajar agama Islam dan ulama besar serta menjadi tokoh ulama nusantara yang mendunia.

Banyak karya yang telah ditulis, salah satunya adalah kitab berjudul Sabilal Muhtadin lit-Tafaqquh fi Amriddin. Kitab tersebut dianggap banyak tokoh sebagai buku paling monumental. Kitab yang memuat penjelasan hukum fikih itu bahkan dijadikan dasar Negara Brunei Darussalam.

Syeikh Nawawi Al Bantani

Syeikh Nawawi Al Bantani ini merupakan ulama asal Banten yang sangat terkenal intelek serta produktif. Di akhir hayatnya, Syekh Nawawi bahkan berhasil menulis ratusan judul kitab yang menjadi rujukan ulama-ulama di Jazirah Arab dan Asia Tenggara. Di Indonesia, karya-karya itu menjadi kurikulum wajib di pesantren dan madrasah.

Melansir dari monitorday, Syaikh Nawawi Al Bantani lahir di Tanara Serang pada tahun 1813 M. dan wafat pada tahun 1897 M. Beliau merupakan ulama yang pernah jadi Imam Masjidi Haram dan sangat produktif dengan menulis 115 kitab selama hidupnya. Beliau menulis ilmu fiqih, tauhid, tasawuf, tafsir, dan hadis.

Karena kemasyhurannya, Syekh Nawawi al-Bantani kemudian dijuluki Sayyid Ulama al-Hijaz (Pemimpin Ulama Hijaz), al-Imam al-Muhaqqiq wa al-Fahhamah al-Mudaqqiq (Imam yang Mumpuni ilmunya), A’yan Ulama al-Qarn al-Ram Asyar li al-Hijrah (Tokoh Ulama Abad 14 Hijriyah), hingga Imam Ulama al-Haramain, (Imam ‘Ulama Dua Kota Suci).

Syekh Nawawi memegang peran sentral di tengah ulama al-Jawwi. Dia menginspirasi komunitas al-Jawwi untuk lebih terlibat dalam studi Islam secara serius, tetapi juga berperan dalam mendidik sejumlah ulama pesantren terkemuka.

Bagi Syekh Nawawi, masyarakat Islam di Indonesia harus dibebaskan dari kolonialisme. Dengan mencapai kemerdekaan, ajaran-ajaran Islam akan dengan mudah dilaksanakan di Nusantara. Pemikiran ini mendorong Syekh Nawawi untuk selalu mengikuti perkembangan dan perjuangan di tanah air dari para murid yang berasal dari Indonesia serta menyumbangkan pemikirannya untuk kemajuan masyarakat Indonesia.

Syeikh Sayyid Utsman Betawi

Masyarakat Betawi mungkin sudah tidak asing lagi dengan ulama yang satu ini. Ya, Tokoh ulama nusantara yang mendunia ini Syekh Sayyid Utsman Betawi pernah menulis 100 kitab dalam huruf Arab gundul. Bahkan, arsipnya sampai sekarang bisa ditemui di Gedung Arsip Nasional, Salemba Jakarta Pusat.

Melansir dari monitorday, Sayyid Utsman Lahir di Pekojan pada pada tanggal 17 Rabiul Awal 1238 (1822 M). Sedang ayahnya dilahiran di Mekkah dan leluhur Sayyid Utsman sendiri berada di Hadhramaut, Yaman. Sebagaimana yang dituliskan Noupal, ayah Sayyid Utsman merupakan salah satu pemuka agama di Mekkah.

Perjalanan menuntut ilmu Sayyid Utsman di Timur Tengah tidak hanya di Mekkah, Madinah dan Yaman saja. Beliau melanjutkan perjalanan menuju Mesir, Tunisia, Al-Jazair, Maroko, Turki, Syam, Palestina, kemudian kembali lagi ke Hadhramaut. Hingga, pada tahun 1862 M Beliau pulang ke Batavia, ketika umurnya 40 tahun.

Tatkala Belanda mencium nama besarnya, Sayyid Utsman pun diberi tawaran menjadi mufti di Betawi, sekaligus penasehat kehormatan untuk urusan bangsa Arab (Adviseur Honorair voor Arabische Zaken). Kedekatannya dengan Snouck menjadi wasilah diangkatnya Sayyid Utsman sebagai mufti sekaligus penasehat kehormatan. Kendati demikian, dua jabatan ini tidak menghentikan profesinya sebagai pengajar, dan penulis.

Karya-karya Sayyid Utsman ada yang berbahasa Arab, juga Melayu. Meski menggunakan Bahasa Melayu, Sayyid Utsman tetap menuliskannya dengan Arab pegon. Karya-karya Sayyid Utsman di antaranya adalah Manhaj al-Istiqomah fi ad-Din bi as-Salāmah, Maslak al-Akhyār, Hadis-Hadis Keluarga, Kitāb al-Farāidh, al-Qawānīn asy-Syar’iyyah li Ahl al-Majālis al-Hukmiyyah wa al-Iftāiyyah, dan lain-lain.

Syekh Muhammad Yasin al-Fadani

Tokoh ulama nusantara yang mendunia selanjutnya yang berdarah Sumatera Barat ini dilahirkan 17 Juni 1915 dan wafat di Mekkah pada 20 Juli 1990 M. Syekh Yasin mengawali pendidikan agama dari Syekh Muhammad Isa al-Fadani beliau adalah ayahandanya. Lepas menimba ilmu dari ayahnya sendiri, Syekh Yasin melanjutkan ke Madrasah ash-Shautiyyah, Mekkah. Setelah dewasa, ia mendirikan madrasah Darul Ulum al-Diniyyah dan mengajar di Masjid al-Haram. Soal karya, Syekh Yasin berhasil menulis 97 kitab. Adapun yang paling dikenal, berjudul Al-Fawaid al-Janiyyah.

Tanggapan

4 Komentar
  • Fareed berkata:

    Mantap?

  • Silvia berkata:

    Mantappp , sangat menambah wawasan

  • Tinggalkan Balasan

    Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

    Konten Terkait

    [quads id=1]

    Konten Terbaru