Ceramah Ramadhan Ke-9: ‘Melatih Kesabaran dengan Berpuasa’

Admin 0 Komentar

Ditunjuk menjadi khatib untuk menyampaikan ceramah hari ke-9 Ramadhan? Jangan bingung! berikut teks materi ceramah yang bisa kamu bawakan.

INDIFFS.COM – Bulan suci Ramadhan kini telah menuju hari ke-9, yang mana kegiatan atau acara keagamaan seperti kajian ceramah sering diselenggarakan. Dimana, ceramah tersebut juga biasa dibawakan oleh khatib yang ditunjuk untuk mengisi agenda.

Biasanya, ceramah tersebut berisikan tentang motivasi bagi umat muslim agar semakin giat meraih pahala, pengampunan, serta ridha dari Allah SWT. Karena mengingat, bulan Ramadhan merupakan bulan yang istimewa dibandingkan bulan-bulan yang lainnya.

Nah, bagi kamu yang sedang mencari contoh teks ceramah untuk dibawakan saat kajian, kultum, atau acara keagamaan lainnya di hari ke-9 Ramadhan, kamu bisa simak artikel ini!ย 

Teks Ceramah Hari ke-9 Ramadhanย 

Berikut merupakan teks ceramah ramadhan bertema ‘Melatih Kesabaran dengan Berpuasa’ yang dirangkum dari laman nu online.

Melatih Kesabaran dengan Berpuasa

Assalamualaikum Warrahmatullahi Wabarakatuh.

Puji dan syukur kita panjatkan ke hadirat Allah SWT. Tak lupa selawat dan salam kita curahkan kepada junjungan kita Nabi Muhammad SAW.

Salah satu nikmat terbesar yang Allah berikan kepada kita semua adalah kembali mempertemukan kita dengan bulan yang sangat agung, yaitu bulan Ramadhan, untuk merasakan kembali nikmat berpuasa.

Dengan berpuasa, kita semua bisa lebih mengerti arti dari seteguk air bagi tenggorokan yang haus. Dengan puasa juga, kita lebih tau manfaat sepiring nasi bagi perut yang sedang lapar.

Kendati demikian, puasa tidak hanya memiliki arti menahan diri dari haus dan lapar, lebih dari itu juga mengajarkan kepada kita semua perihal cara untuk melatih diri dengan bersabar.

Orang yang sedang berpuasa tidak diperkenankan mengkonsumsi dan mengerjakan hal-hal yang diperbolehkan di waktu tidak berpuasa sebelum sampai pada waktunya, yaitu berbuka. Artinya, kita semua dituntut oleh Allah untuk bersabar sebelum mencapai waktu diperbolehkan makan, minum, dan lainnya.

Karena itu, tujuan pokok di balik disyariatkannya puasa adalah agar orang-orang yang berpuasa dapat meningkatkan ketakwaan kepada Allah SWT, sebagaimana ditegaskan dalam Al Qur’an, Allah SWT berfirman:

ูŠูŽุง ุฃูŽูŠู‘ูู‡ูŽุง ุงู„ู‘ูŽุฐููŠู†ูŽ ุขู…ูŽู†ููˆุง ูƒูุชูุจูŽ ุนูŽู„ูŽูŠู’ูƒูู…ู ุงู„ุตู‘ููŠูŽุงู…ู ูƒูŽู…ูŽุง ูƒูุชูุจูŽ ุนูŽู„ูŽู‰ ุงู„ู‘ูŽุฐููŠู†ูŽ ู…ูู†ู’ ู‚ูŽุจู’ู„ููƒูู…ู’ ู„ูŽุนูŽู„ู‘ูŽูƒูู…ู’ ุชูŽุชู‘ูŽู‚ููˆู†ูŽ

Artinya, “Wahai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kalian berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kalian agar kalian bertakwa.” (QS Al-Baqarah: 183).

Menarik untuk dibahas dalam hal ini ialah hubungan puasa dengan ketakwaan itu sendiri. Mengapa Allah menjadikan takwa sebagai tujuan pokok daripada puasa, mengapa bukan lainnya?

Syekh Muhammad Ali As-Shabuni dalam salah satu karyanya menjelaskan alasan mengapa takwa menjadi tujuan pokok di balik syariat puasa. Menurutnya, takwa adalah pokok dari kesabaran. Orang yang sedang puasa dilatih untuk bertakwa kepada Allah untuk taat kepada-Nya, baik di waktu rahasia maupun terbuka.

Dalam keadaan rahasia, bisa saja seseorang tidak taat kepada-Nya dengan cara tidak puasa, namun di saat itulah ketakwaan dan keimanan-nya diuji oleh Allah. Bisakah dia bersabar dan terus berpuasa hingga mencapai waktu berbuka; atau justru terbawa oleh rayuan nafsu yang jelek, sehingga tidak bersabar dan berhenti puasa.

Karena itu, dengan berpuasa seseorang akan semakin terdidik untuk semakin bertakwa kepada Allah dan taat kepada-Nya, sebagaimana dikatakan oleh Syekh Ali As-Shabuni:

ุงู„ุตูˆู… ูŠู‡ุฐู‘ุจ ุงู„ู†ูุณ ุงู„ุจุดุฑูŠุฉุŒ ุจู…ุง ูŠุบุฑุณู‡ ููŠู‡ุง ู…ู† ุฎูˆู ุงู„ู„ู‡ุŒ ูˆู…ุฑุงู‚ุจุชู‡ ููŠ ุงู„ุณุฑ ูˆุงู„ุนู„ู†ุŒ ูˆูŠุฌุนู„ ุงู„ู…ุฑุก ุชู‚ูŠุงู‹ ู†ู‚ูŠุงู‹ ูŠุจุชุนุฏ ุนู† ูƒู„ ู…ุง ุญุฑู‘ู… ุงู„ู„ู‡

Artinya, “Puasa bisa mendidik jiwa manusia, dengan sesuatu yang telah tertanam dalam jiwanya, berupa takut kepada Allah, dan selalu merasa diawasi, baik di waktu rahasia maupun terbuka. Dan, (puasa) juga menjadikan seseorang bertakwa dan bersih, serta jauh dari setiap sesuatu yang diharamkan oleh Allah.” (Muhammad Ali As-Shabuni, Tafsiru Ayatil Ahkam, [Damaskus, Maktabah Al-Ghazali: 1400 H], juz I, halaman 93).

Ketakwaan dan kesabaran merupakan dua komponen yang tidak bisa dipisahkan dalam menjalani ibadah puasa. Keduanya merupakan konsekuensi dari adanya puasa itu sendiri. Artinya, orang yang berpuasa sedang melatih dirinya untuk terus berada di jalan yang telah syariat Islam tentukan, dengan tujuan menjalankan perintah-Nya (imtitsalan li amrih) dan berharap pahala dari-Nya (ihtisaban lil ajri). Ini merupakan intisari di balik syariat puasa.

Karenanya, dalam beberapa riwayat Rasulullah menyebutkan bahwa puasa merupakan separuh dari kesabaran. Nabi bersabda:

ุงู„ุตู‘ูŽูˆู’ู…ู ู†ูุตู’ูู ุงู„ุตู‘ูŽุจู’ุฑู

Artinya, “Puasa adalah separuh kesabaran.” (HR At-Tirmidzi dan Ahmad).

Syekh Abdurrauf Al-Munawi (wafat 1031 H) dalam salah satu karyanya mengatakan bahwa puasa dan sabar memiliki kandungan yang sama. Sabar adalah memampukan diri untuk mengerjakan semua yang diperintahkan oleh Allah dan menjauhi larangan-Nya, sedangkan puasa adalah menahan keinginan hawa nafsu agar tidak menerobos hal-hal yang diharamkan ketika puasa. (Al-Munawi, Faidhul Qadir Syarhil Jami’is Shagir, [Mesir, Maktabah at-Tijariyah: 1356 H], juz III, halaman 372).

Sedangkan Syekh Waliyuddin Abu Abdillah At-Tibrizi (wafat 741 H) dalam kitabnya mengatakan, alasan di balik puasa menjadi bagian dari kesabaran adalah karena sabar merupakan upaya untuk mengajak diri sendiri dalam mengerjakan kewajiban dan menahan dari perbuatan yang diharamkan.

Sedangkan puasa adalah upaya untuk menahan keinginan hawa nafsu yang terus mengajak pada keharaman tersebut. (Syekh Waliyuddin, Misykatul Mashabih maโ€™a Mirโ€™atil Mafatih, [Beirut, Darul Kutub Ilmiah], juz II, halaman 35).

Semoga kita termasuk orang-orang yang bisa mendapatkan keuntungan di bulan Ramadhan, dan tidak termasuk orang-orang yang menyia-nyiakannya. Amin

Akhir kata yang bisa saya sampaikan, mudah-mudahan ibu, bapak dan teman-teman sekalian mendapat manfaat dari apa yang saya sampaikan, terkhusus kepada diri saya sendiri.

Wabillahi tawfiq wal hidayah, wa ridho wal inayah, wal afwu minkum. Wassalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh.

Itulah teks ceramah yang bisa kamu gunakan untuk kegiatan di Bulan Ramadhan, seperti kajian ataupun kultum di hari ke-9 Ramadhan dengan tema ‘Melatih Kesabaran dengan Berpuasa‘. Semoga bermanfaat!

Tanggapan

Belum ada

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Konten Terkait

Konten Terbaru