Kenali Gejala Ageusia Dan Gejala Omicron BA.4 & BA.5
Indiffs – Kini omicron terdapat gejala baru dengan subvarian Omicron BA.4 & BA.5 atau gejala ageusia yang kini lebih mendominasi di sejumlah negara, dan termasuk Indonesia. Varian baru ini dipercaya dapat lebih mudah menular dan gejala yang ditimbulkan pun sangat ringan jika dibandingkan dengan strain aslinya.
Ageusia yang dapat menyerang siapa saja dari segala usia siapapun dan kondisi ini sering terjadi pada orang dewasa yang memiliki usia dibawah 50 tahun.
Gejala Ageusia?
Pengidap ageusia ini biasanya tak bisa membedakan rasa apapun pada makanan yang dimakan, mereka juga kemungkinan mengalami keinginan makan yang mulai menurun, alergi, masalah kesehatan mulut, hidung yang tersumbat hingga tekanan darah tinggi.
Penyebab gejala ageusia ini disebabkan oleh kondisi seseorang yang mengalami kehilangan indera perasa dengan infeksi Covid-19, pilek, flu, sakit tenggorokan dan radang, infeksi kelenjar ludah, penyakit gusi hingga cedera pada kepala, telinga dan infeksi sinus.
Gejala ini dapat dikaitkan dengan penyakit alzheimer, parkinson. obat tertentu dan berbagai yang lainnya seperti obesitas, diabetes, merokok, tekanan darah tinggi, kekurangan vitamin, hingga mulut kering dengan kondisi yang menyebabkan kerusakan pada indra perasa.
Gejala Omicron BA.4 & BA.5
Versi baru Omicron lebih berisiko menyebabkan gejala parah. Peneliti menemukan bahwa BA.4 dan BA.5 lebih mudah bereplikasi di sel paru-paru manusia dan berpotensi menimbulkan masalah lebih besar ketimbang varian sebelumnya yaitu BA.2.
Dan kini virus corona ada varian baru dengan varian Gejala BA.4 & BA.5 yang memiliki ciri gejala yang ringan ketimbang varian sebelumnya. Gejala ini disebabkan oleh imunitas kelompok yang sudah terbentuk dan gejala ini memang tidak menimbulkan keparahan, akan tetapi dapat menular dengan cepat.
Gejala yang akan dialami, seperti batuk, demam, diare, anosmia dan kelelahan. Gejala ini mempertahankan beberapa mutasi dari varian Delta, termasuk bagian dari genom yang disebut residu L452. Mutasi ini mengubah protein lonjakan untuk membantu virus menempel lebih baik pada reseptor ACE2 di sel manusia dan menyebabkan penyakit.
Tanggapan
Belum ada