Kisah Resolusi Jihad KH Hasyim Asy’ari, Pencetus Hari Santri

Admin 0 Komentar

Berikut Kisah KH Hasyim Asy'ari seorang pendiri organisasi Nahdhatul Ulama (NU) yang menjadi pencetus Hari jadi Santri Nasional.

INDIFFS.COM – Tepat pada tanggal 22 Oktober nanti diperingati sebagai hari santri Nasional. Peringatan ini digagas oleh seorang ulama besar yang dikenal sebagai pendiri organisasi Nahdlatul Ulama, KH Hasyim Asy’ari. Berbicara sosok kisah KH Hasyim Asy’ari tentunya banyak hal yang dapat dipetik.

Tentunya peringatan ini merujuk pada Fatwa dan Resolusi Jihad Kiai Hasyim Asy’ari pada 22 Oktober 1945 ketika berupaya keras menghalau penjajahan kembali oleh Belanda. Serta sebagai perlawanan untuk mempertahankan kemerdekaan.

Mulai dari perjuangannya untuk bangsa dan negara hingga perjuangannya dalam dakwah. Perlu diketahui sejarah Hari Santri ini berhubungan erat dengan sejarah. Dimana membuktikan bahwa para santri bersama pejuang lain berperan aktif dalam merebut kembali kedaulatan negara republik Indonesia dari penjajahan bangsa asing.

Kisah KH Hasyim Asy’ari Penggagas Resolusi Jihad yang Jadi Hari Santri

Mengutip dari Tirto.id, Hasyim Asy’ari adalah ulama besar yang sangat berpengaruh sejak zaman kolonial hingga pendudukan Jepang. Maka dari itu, resolusi Jihad yang ia gaungkan kala itu turut menggerakkan seluruh elemen bangsa. Ini bertujuan untuk mempertahankan kemerdekaan dari Agresi Militer Belanda kedua yang membonceng sekutu (Inggris).

Dilansir NU Online, meskipun Indonesia sudah memproklamasikan kemerdekaannya pada 17 Agustus 1945, upaya kolonialisme saat itu masih tetap ada. Maka dari itu, para ulama pesantren mempersiapkan diri jauh-jauh hari untuk berjaga-jaga bila suatu saat terjadi perang senjata ketika Jepang (Nippon) menyerang sekutu.

Namun, pada saat itu Nippon Jepang mengalami kekalahan dan akhirnya, orang-orang Jepang yang tinggal di Indonesia mulai goyah.

Jepang pun berusaha mempertahankan kekuatannya dengan cara melatih pemuda Indonesia, khususnya santri, secara militer untuk berperang melawan sekutu. Nippon pun memutuskan untuk menyampaikan gagasan itu kepada Kiai Hasyim Asy’ari yang kala itu menjadi Ketua Jawatan Agama mengingat keduanya memiliki kesepakatan diplomatik.

Sebagai seorang ulama, Hasyim Asy’ari punya strategi perang yang baik. Banyak orang kala itu mengganggap keputusan Kiai Hasyim yang setuju santri dilatih secara militer adalah bentuk dari ketundukan terhadap Jepang.

Namun, itu hanyalah strategi untuk mempersiapkan para pemuda untuk melawan agresi penjajah kemudian hari. Apa yang diprediksikan Kiai Hasyim benar adanya, Jepang pun menyerah kepada sekutu. Dan saat Indonesia menghadapi agresi Belanda II, Laskar Hizbullah sudah siap untuk perang melawan sekutu karena sudah dibekali pelatihan militer.

Wakil-wakil cabang NU di seluruh Jawa dan Madura berkumpul di Surabaya dan menyatakan perjuangan kemerdekaan sebagai jihad (perang suci). Maka pada tanggal 22 Oktober 1945, lahirlah apa yang dikenal sebagai Resolusi Jihad.

Tak disangka, Resolusi Jihad punya gaung yang di Jawa Timur karena turut menjadi pendorong keterlibatan santri dan jamaah NU dalam pertempuran 10 November 1945 yang saat ini diresmikan menjadi Hari Pahlawan Nasional.

Biografi KH Hasyim Asya’ri

Biografi KH Hasyim Asy’ari lahir di pesantren Gedang, Tambakrejo, Kabupaten Jombang pada tanggal 14 Februari 1871 Masehi. KH Hasyim lahir dari pasangan Kiai Asy’ari dan Nyai Halimah.

Saat usia 15 tahun, Kiai Hasyim mulai merantau untuk belajar ke berbagai pesantren di Indonesia. Saat usia 21 tahun, KH Hasyim menikah dengan Nafisah, puteri dari Kiai Ya’qub. Pernikahan tersebut berlangsung pada tahun 1892 M.

Pada tahun 1899, KH Hasyim mendirikan Pesantren Tebuireng. Awalnya, jumlah santri di pesantren tersebut hanya 8 orang. Namun, seiring berjalannya waktu, jumlah santrinya terus bertambah dan berasal dari berbagai daerah di Indonesia.

Seiring dengan kiprahnya di dunia keislaman dan atas masukan dari berbagai kiai dan guru, KH Hasyim Asy’ari akhirnya mendirikan organisasi Nahdlatul Ulama pada 16 Rajab 1344 H atau bertepatan dengan 31 Januari 1926 M.

Pada masa penjajahan, KH Hasyim Asy’ari mempunyai andil besar dalam melawan Belanda dan Jepang. Hal ini terbukti dengan dikeluarkannya fatwa haram jika umat Muslim menggunakan kapal milik Belanda saat pergi haji. Hal ini seakan memantik semangat masyarakat Muslim Indonesia untuk melawan penjajahan.

Pada 25 Juli tahun 1947, KH Hasyim Asy’ari menghembuskan napas terakhirnya. Jenazah nya dimakamkan di Pesantren Tebuireng Jombang.

Itulah kisah dari seorang pendiri Nahdlatul Ulama yakni KH Hasyim Asy’ari yang menjadi seorang pencetus hari santri hingga kini. Semoga dengan meneladani sikap Beliau, umat muslim diharapkan dapat memiliki semangat juang dalam menimba dan menyebarluaskan ilmu.

Tanggapan

Belum ada

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Konten Terkait

[quads id=1]

Konten Terbaru