Lafadz Takbiran Sesuai Sunnah untuk Sambut Hari Raya Idul Fitri

Admin 0 Komentar

Takbiran sunah yang dianjurkan Rasulullah SAW. Melantunkan lafadz takbiran ketika menyambut Hari Raya Idul Fitri membuat hati merasa tenang.

INDIFFS.COM – Hari Raya Idul Fitri memang identik dengan lafadz takbiran yang berkumandang dari berbagai penjuru. Ibadah takbir memang dianjurkan dibaca oleh umat Islam pada malam hari raya.

Takbiran merupakan sunah yang dianjurkan Rasulullah SAW. Melantunkan takbir ketika menyambut Hari Raya Idul Fitri membuat hati merasa tenang. Jadi, tidak hanya pada saat azan dan shalat saja, bacaan takbir juga dikumandangkan di setiap hari raya Islam, baik Idul Fitri maupun Idul Adha.

Dalam menyambut Hari Raya Idulfitri, seluruh umat Muslim ramai mengumandangkan takbir. Pada pagi hari pelaksanaan salat Idulfitri juga dianjurkan untuk tetap mengumandangkan bacaan takbiran Idulfitri tersebut.

Saiyid Mahadhir dalam bukunya Bekal Ramadhan dan Idul Fithri mengatakan, takbiran termasuk salah satu sunnah Idul Fitri. Dalam Al-Qur’an surah Al Baqarah ayat 185 Allah SWT berfirman:

وَلِتُكْمِلُوا الْعِدَّةَ وَلِتُكَبِّرُوا اللّٰهَ عَلٰى مَا هَدٰىكُمْ وَلَعَلَّكُمْ تَشْكُرُوْنَ

Artinya: “dan hendaklah kamu mencukupkan bilangannya dan mengagungkan Allah atas petunjuk-Nya yang diberikan kepadamu, supaya kamu bersyukur.”

Menurut Ibnu Katsir dalam Tafsir Al-Qur’an Al-Azhim, ayat tersebut menjadi sandaran para ulama fiqih terkait pelaksanaan takbiran ketika berakhirnya Ramadan. Selain itu, para ulama juga berpegang pada sabda Rasulullah yang berasal dari Ummu Athiyyah RA, ia berkata:

Kami dahulu diperintahkan untuk keluar pada hari raya sehingga para gadis juga keluar dan perempuan yang sedang haid pun keluar rumah, mereka berada di belakang jemaah salat, mereka bertakbir sebagaimana jemaah lain bertakbir, mereka berdoa dengan doa para jemaah, mereka berharap keberkahan hari itu.” (HR. Bukhari).

Lafadz Takbiran Sesuai Sunnah

Ada dua versi lafdz takbiran yang bisa umat muslim lantunkan, versi pendek dan versi panjang. Redaksi takbir yang dinilai paling lengkap berasal dari pendapat mazhab Syafi’i.

Versi Pendek

للهُ اكبَرْ, اللهُ اكبَرْ اللهُ اكبَرْ لاالٰهَ اِلاالله وَاللهُ اَكبر, اللهُ اكبَرُوَِللهِ الحَمْد

Allaahu akbar allaahu akbar allaahu akbar. laa ilaaha illallaahu wallaahu akbar. Allaahu akbar wa lillaahilhamd

Artinya: “Allah maha besar Allah maha besar Allah maha besar. Tidak ada tuhan melainkan Allah, dan Allah maha besar, Allah maha besar dan segala puji bagi Allah.”

Versi Panjang

اللهُ اكبَرْ كبيْرًا والحَمدُ للهِ كثِيرًا وَسُبحَانَ اللهِ بُكرَةً واَصِيلا, لااله اِلااللهُ ولانعْبدُ الاإيّاه, مُخلِصِينَ لَه الدّ يْن, وَلَو كَرِهَ الكَا فِرُون, وَلَو كرِهَ المُنَافِقوْن, وَلَوكرِهَ المُشْرِكوْن, لاالهَ اِلا اللهَ وَحدَه, صَدَق ُوَعْدَه, وَنَصَرَ عبْدَه, وَأعَزّجُندَهُ وَهَزَمَ الاحْزَابَ وَاحْدَه, لاالٰهَ اِلاالله وَاللهُ اَكبر, اللهُ اكبَرُ وَِللهِ الحَمْ

Allaahu akbar allaahu akbar allaahu akbar. laa ilaaha illallaahu wallaahu akbar. allaahu akbar wa lillaahilhamd.allaahu akbar kabiiraw wal hamdu lillaahi katsiiraa wasubhaanallaahibukrataw wa ashiilaa. laa ilaaha illallaahu walaa na’budu illaa iyyaahu mukhlishiina lahud-diina walau karihal kaafiruun. laa ilaaha illallaahu wahdahu shadaqa wa’dahu wa nashara abdahu wa a’azza jundahu wa hazamalahzaaba wahdah. laa ilaaha illallaahu wallaahu akbar. allaahu akbar wa lillaahil-hamd.

Artinya: “Allah Maha Besar, Allah Maha Besar, Allah Maha Besar tidak ada Tuhan melainkan Allah, dan Allah Maha Besar, Allah Maha Besar dan segala puji bagi Allah. Allah Maha Besar dan aku mengagungkan Allah dengan besar-besar keagungan. Segala puji bagi Allah dan kami memuji Allah sebanyak-banyaknya. Maha Suci Allah pada pagi dan petang. Tidak ada Tuhan melainkan Allah dan tidak ada yang kami sembah kecuali hanya Allah. Dengan ikhlas kami beragama kepadanya, walaupun orang-orang kafir membenci. Tidak ada Tuhan melainkan allah sendirinya, benar janjinya, dan dia menolong hambanya. Dan dia mengusir musuh nabinya dengan sendirinya, tidak ada tuhan melainkan Allah, Allah Maha Besar, Allah Maha Besar, dan bagi-Nya segala puji.”

Menurut Ibnu Umra, Imam Malik, Imam Ahmad Ishaq, lafadz takbiran Idul Fitri dilantunkan sejak keluar untuk Shalat Ied sampai dengan dimulainya khutbah. Sedangkan menurut Imam Syafi’i, takbir dimulai sejak terbenam matahari di akhir Ramadhan sampai dimulainya khutbah. Semoga bermanfaat!

Tanggapan

Belum ada

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Konten Terkait

[quads id=1]

Konten Terbaru