Sosok Inspiratif: Raja, Mahasiswa Termuda Di UGM

Admin 0 Komentar

Raja mahasiswa termuda di UGM,ynag berhasil lolos seleksi. Univesitas Gadjah Mada ini memang menjadi kampus yang sangat bagus kualitasnya...

indiffsRaja Muhammad Hayuri Islami, atau lebih dikenal dengan panggilan Raja ini menjadi mahasiswa termuda di UGM. Kampus UGM atau Universitas Gadjah Mada ini memang menjadi kampus yang sangat diperhitungkan kualitasnya, baik dalam skala Nasional maupun Internasional.

Rektor UGM Prof. dr. Ova Emilia, SP.OG (K), Ph.D., mengungkapkan orientasi dan pengenalan kampus tahun ini diikuti 9.833 mahasiswa. Jumlah tersebut terdiri atas 8.215 mahasiswa program Sarjana dan 1.618 mahasiswa program Sarjana Terapan, yang diterima melalui jalur SNMPTN, SBMPTN, Seleksi Mandiri, serta Program Afirmasi Pendidikan Tinggi.

“Harapannya, para Gadjah Mada Muda akan mampu mengembangkan kecerdasan, kemampuan berpikir kritis, analitik, dan solutif, serta menjadi pribadi berkarakter selama menempuh pendidikan,” ungkapnya.

Siapa sangka, diantara 9.000 lebih mahasiswa baru Universitas Gadjah Mada (UGM) yang masuk di tahun 2022, ternyata Raja lah salah satunya calon mahasiswa yang berumur 15 tahun ini lolos seleksi.

Raja pun dipanggil ke depan panggung bersama Rektor UGM Prof. dr. Ova Emilia, SP.OG (K), Ph.D., dan Gubernur Daerah Istimewa Yogyakarta Sri Sultan Hamengku Buwono X dalam Upacara Penerimaan Mahasiswa Baru di Lapangan Pancasila UGM. Raja Muhammad Hayuri Islami terpilih sebagai salah satu mahasiswa termuda UGM pada tahun ini. Raja berhasil masuk ke UGM pada usia 15 tahun 11 bulan 11 hari.

Dia ini Raja Muhammad Hayuri Islami, mahasiswa fakultas filsafat yang masuk ke UGM lewat jalur Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SNMPTN).

Tentang mengapa raja memilih jurusan filsafat yang ia pilih, karena ia mengaku ketertarikannya kepada filsafat sudah ada sejak kelas 10 SMA lewat internet dan buku.

“Pertama, saya sangat senang dengan filsafat, dan juga memiliki passion mungkin di sana,” tegasnya.

“Saya mengenal filsafat itu ketika saya di kelas sepuluh. Saya sejak kecil sering menggunakan logika filsafat berarti selama ini saya menerapkan nilai-nilai filsafat,” kata Raja.

Dikutip dari mojok.com menerangkan bahwa, perjalanannya bersekolah sebelum sampai di titik ini, menurut lulusan MAN Negeri 2 Pekanbaru tersebut memang lebih singkat dibandingkan remaja kebanyakan. Dia sudah masuk ke Sekolah Dasar (SD) di Pekanbaru pada usia 5 tahun. Usia yang seharusnya berada di kelas Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD).

Meski menjadi yang termuda di kelas, Raja tak menghiraukannya. Dia tetap bisa bergaul dengan anak-anak yang lebih tua. Di usianya yang terbilang paling muda, tinggi badannya hampir sama dengan teman-teman sekelasnya.

Tak ada siswa lain yang merundungnya meski jauh lebih muda. Apalagi di SD, Raja merupakan salah satu siswa yang berprestasi secara akademik.

“Dari SD saya selalu berada di rangking tiga besar. Tidak ada masalah, saya hanya harus bisa beradaptasi dengan teman-teman (yang usianya) diatas saya,” jelasnya.

Meski sempat tidak masuk predikat lima besar selama duduk di bangku SMP, prestasi Raja kembali meningkat saat dia masuk ke SMA. Diterima di MAN 2 Pekanbaru, Raja mencoba mendaftar program akselerasi di kelas IPS.

Di kelas tersebut, hanya ada tujuh siswa yang ikut program akselerasi. Karenanya Raja pun mencoba bekerja keras agar bisa lulus dalam waktu dua tahun.

Di program akselerasi, nilai Raja untuk sejumlah matapelajaran (mapel) seperti sosiologi, ekonomi, sejarah dan geografi cukup bagus. Karenanya dia mencoba ikut program seleksi mahasiswa baru di UGM melalui SNMPTN.

“Iya, saya masuk ke UGM ini pakai nilai raport. Tentu saja, saya merasa bangga dan berharap bisa lebih berkembang di sini,” kata Raja ketika ditemui Tribunjogja.com di sela-sela kegiatan Pelatihan Pembelajar Sukses bagi Mahasiswa Baru (PPSMB) UGM, Senin (1/8/2022) lalu.

Kini, setelah masuk ke jurusan filsafat di Unviversitas gadjah mada ini, raja ingin mengejar cita-citanya waktu kecil. Yakni menjadi dosen atau pengajar. Sebagai upayanya Raja ingin melanjutkan S2 ketika ia telah selesai menempuh pascasarjana nanti, dengan mengambil jurusan yang sama.

Alasan cita-cita yang dipilih menjadi dosen ini karena bisa memberikan manfaat kepada orang lain dan melalui mengajar ini Raja bisa berbagi ilmunya.

“Saya ingin memberikan manfaat bagi orang lain dengan ilmu yang sudah saya peroleh di Universitas Gadjah Mada Ini.” Ujarnya dengan tenang.

Di kelas akselerasi ini yang memungkinkan dia bisa duduk di bangku kuliah di usia 15 tahun. Pada umumnya, mahasiswa baru berkisaran umur 17-18 tahun. Namun dengan begitu usia jarak raja dengan mahasiswa baru lainnya sekitar 2-3 tahun.

“Kalau saya tidak merasa canggung sih. Cuma memang butuh adaptasi saja dengan teman-teman yang lebih tua. Saya berusaha,” ujarnya.

Dikutip dari tvonews.com Rektor UGM, Ova Emilia berharap momentum PPSMB bisa menjadi langkah awal bagi Gadjah Mada Muda untuk memperkuat karakter ‘Sang Juara’. Yakni pribadi yang santun, adil, nasionalis, gembira, jujur, unggul, amanah, religius, dan andal.

“Saat menjadi seorang mahasiswa, para Gadjah Mada Muda harus mulai menyadari peran dan tanggung jawab sebagai sosok pembelajar sejati. Memupuk semangat kolaborasi, membangun ketahanan diri, inovasi dan kemampuan beradaptasi, telah menjadi budaya belajar kaum intelektual, untuk merespon kompleksitas perkembangan lingkungan sosial,” papar Ova.

Ova juga berpesan agar para mahasiswa baru dapat memahami serta bertanggung jawab sebagai pelajar sejati”Kelak, bekal ilmu yang diperoleh selama mengeyam pendidikan di kampus ini akan menjadi bentuk pertanggung jawaban pengetahuan kalian di kehidupan sosial masyarakat masa depan,” pungkasnya.

Tanggapan

Belum ada

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Konten Terkait

Konten Terbaru