Rasulullah Melarang Kita Mengucap Ini.. Janji ga Diulang

Admin 0 Komentar

Islam agama yang indah, namun islam tidak meyukai perbuatan buruk. Rasulullah Melarang Kita Mengucap Ini? Apa saja, simak artikel berikut ini!

indiffs – Rasulullah melarang kita mengucap apa saja? Simak artikel berikut ini!

Islam adalah agama yang indah. Tidak pernah mengajarkan orang lain untuk bicara hal-hal yang kotor apalagi sampai menghina orang lain. Islam juga Melarang umatnya dengan panggilan yang tidak disukai.

Allah SWT berfirman dalam salah satu ayat-Nya:

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا لَا يَسْخَرْ قَوْمٌ مِنْ قَوْمٍ عَسَى أَنْ يَكُونُوا خَيْرًا مِنْهُمْ وَلَا نِسَاءٌ مِنْ نِسَاءٍ عَسَى أَنْ يَكُنَّ خَيْرًا مِنْهُنَّ وَلَا تَلْمِزُوا أَنْفُسَكُمْ وَلَا تَنَابَزُوا بِالْأَلْقَابِ بِئْسَ الِاسْمُ الْفُسُوقُ بَعْدَ الْإِيمَانِ وَمَنْ لَمْ يَتُبْ فَأُولَئِكَ هُمُ الظَّالِمُونَ

Artinya: “Hai orang-orang yang beriman, janganlah suatu kaum mengolok-olok kaum yang lain (karena) boleh jadi mereka (yang diolok-olok) itu lebih baik dari mereka (yang mengolok-olok). Dan jangan pula wanita-wanita (mengolok-olok) wanita-wanita yang lain (karena) boleh jadi wanita-wanita (yang diperolok-olok) itu lebih baik dari wanita (yang mengolok-olok) dan janganlah kamu mencela dirimu sendiri (maksudnya, janganlah kamu mencela orang lain, pen.). Dan janganlah kamu saling memanggil dengan gelar (yang buruk). Seburuk-buruk panggilan ialah (penggilan) yang buruk (fasik) sesudah iman. Dan barangsiapa yang tidak bertaubat, maka mereka itulah orang-orang yang dzalim.” (QS. Al-Hujurat ayat 11).

Berikut kalimat yang dilarang Rasulullah

1. Hei Babu (Nada Merendahkan)

Islam telah mengatur segalanya dalam kehidupan dan tidak ada yang terlewatkan. Salah satu yang diatur dalam islam ialah dengan bersikap tidak meremehkan orang lain. Bahkan sekalipun terhadap orang yang dibawah kita baik dari umur, usia, sosial, ekonomi, dan jabatan. Akan tetapi hal ini masih banyak diremehkan oleh orang lain, bisa dilihat dari sikap kita terhadap orang lain.

Melansir dari rsumm.com menerangkan bahwa Rasulullah SAW pernah suatu ketika tidak memperdulikan atau bermuka kurang menyenangkan dihadapan abdullah bin ummi maktum ketika kedatangan para pembesar Quraysi hal ini disebutkan dalam tafsir ibnu katsir “ pada sautu hari Rasulullah Saw berbicara dengan beberapa pembesar Quraisy yang sangat beliau harapkan keislamannya.

Saat itu datanglah ummu maktum yang telah masuk islam terlebih dahulu, dia bertanya kepada Rasulullah Saw tetapi beliau hanya menoleh karena tidak ingin waktunya tersita demi mengajak para pembesar Quraisy. Sehingga beliau bermuka masam dan berpaling dari ummu maktum. Maka turunlah ayat :

عبس و تولى ان جاءه الأعمي وما يدريك لعله يزكي

“Dia Muhammad bermuka masam dan berpaling, karena telah datang seorang buta kepadanya, tahukah kamu barangkali dia ingin membersihkan dirinya dari dosa. Yakni berkenaan dengan penyucian dirinya, atau dia ingin mendapatkan pengajaran, lalu pengajaran itu memberi manfaat kepadanya, atau mengenai nasihat atau nasihat atau mencegah diri dari yang diharamkan”.

“adapun orang yang dirinya merasa serba cukup kamu melayaninya” yaitu pembesar-pembesar Quraysi yang sedang dihadapi Rasulullah Saw yang diharapkannya dapat masuk islam. Mereka kamu layani dan berpaling dari ummu maktum.

Abu ya’la meriwayatkan dari Anas ra. Tentang surat abasa’ ibnu ummu maktum menghadap Rasulullah Saw sedangkan beliau sedang berbicara dengan Ubay bin Khalaf, Rasulullah berpaling dari ibnu ummu maktum maka turunlah surat ‘abasa’ setelah itu Rasulullah memuliakan ibnu ummu maktum (hr. Abu ya’la).

2. Menjelekkan Diri Sendiri

Misalnya “Aku mah Apa Ketang Rebus”. Itu tidak boleh diucapkan ya,,

Islam mengajarkan agar melihat kekurangn diri, tetapi tidak boleh menjelakkan diri sendiri. Hal ini tercantum dalam hadits shahih muslim.

Dari Aisyah radhiyalahu anha, katanya rasulullah bersabda: “Janganlah seseorang kamu berkata, khabusat nafsi (diriku buruk), tetapi katakanlah: Laqisat nafsi (diriku kurang).”

Hadits ini mengajarkan agar umat Islam pandai dalam menempatkan kata-kata. Kata-kata yang terus menerus menjelekkan diri sendiri justru tidak disukai. “Dengan mengatakan “diriku buruk”, seolah-olah sedang menuding bahwa Allah sang pencipta menciptakan makhluk yang buruk.

Padahal, seperti tercancum dalam surat A-Tin, Allah ciptakan manusia dengan sebaik-baik penciptaan. Tapi katakanlah, “diriku kurang”, karena memang hanya Allah saja yang maha sempurna. Dilansir dari masjiduna.com

3. Mencaci Waktu

Rasulullah melarang kita mengucap, Seperti: “Gila udah senin aja bete gua.” atau “Bulan suro banyak petaka!”

Rasulullah SAW mengajarkan umatnya agar tak mencela waktu, sebagai mana di Riwayatkan dalam Hadits berikut:

عن أبي هريرة رضي الله عنه قال: قال رسول الله صلى الله عليه لا تسبُّوا الدهر، فإنَّ الله هو الدهر

Dari Abu Hurairah ra. bahwa Rasulullah SAW pernah bersabda: “Janganlah kamu sekalian mencerca zaman, karena zaman itu adalah Allah (artinya: Allah yang membuat ketentuan-ketentuan dan menggerakkannya)”. (HR. Muslim).

Dalam Kehidupan, tak semua apa yang kita harapkan atau inginkan bisa kita dapatkan. Bahkan mungkin banyak yang tidak suka justru malah kita dapatkan. Namun apapun situasinya kita harus hadapinya, termasuk menghadapi perubahan zaman.

Melalui hadits tersebut di atas, Rasulullah SAW secara tersirat mengungkapkan bahwa kita harus siap menghadapi perubahan zaman. Cercaan dan kutukan yang kita luapkan, akan menunjukkan ketidakmampuan dan ketidaksiapan kita dalam menghadapi perubahan tersebut. Perubahan adalah keniscayaan. Ia adalah sunnatullah yang pasti akan terjadi.

Evelyn Waugh mengatakan, “Change is the only evidence of life”. Benar, perubahan adalah satu-satunya bukti kehidupan.

4. Memanggil Nama Teman dengan Sebutan Binatang

Di era sekarang mungkin memanggil nama teman dengan sebutan hewan atau binatang ini menjadi kebiasaan yang buruk yang tumbuh pada diri. Meskipun situasi obrolan kita sedang bercanda harap dihindari ya, misalnya; “Wuah anjing bisa aja lu! “. Meskipun itu candaan itu tidak boleh diucapkan.

Perlu diketahui bahwa menghina orang lain dengan menyebutkan nama binatang itu dosanya lebih parah.

An-Nawawi Asy-Syafi’i rahimahullah berkata,

ومن الألفاظ المذمومة المستعملة في العادة قوله لمن يخاصمه، يا حمار ! يا تيس ! يا كلب ! ونحو ذلك؛ فهذا قبيح لوجهين : أحدهما أنه كذب، والآخر أنه إيذاء؛ وهذا بخلاف قوله : يا ظالم ! ونحوه، فإن ذلك يُسامح به لضرورة المخاصمة، مع أنه يصدق غالباً، فقلّ إنسانٌ إلا وهو ظالم لنفسه ولغيرها .

“Termasuk di antara kalimat yang tercela yang umum dipergunakan dalam perkataan seseorang kepada lawannya (adalah ucapan), “Wahai keledai!”; “Wahai kambing hutan!”; “Hai anjing!”; dan ucapan semacam itu. Ucapan semacam ini sangat jelek ditinjau dari dua sisi. Pertama, karena itu ucapan dusta. Ke dua, karena ucapan itu akan menyakiti saudaranya.

Tanggapan

Belum ada

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Konten Terkait

[quads id=1]

Konten Terbaru