Sejarah Hari Kesaktian Pancasila yang Diperingati Pada 1 Oktober

Admin 0 Komentar

Peringatan Hari Kesaktian Pancasila ini untuk mengenang kembali jalannya sejarah di masa lalu dalam mempertahankan ideologi bangsa

INDIFFS.COM – Peringatan Hari Kesaktian Pancasila dilakukan setiap tanggal 1 Oktober setiap tahunnya. peringatan Hari Kesaktian Pancasila ini untuk mengenang kembali jalannya sejarah di masa lalu dalam mempertahankan ideologi bangsa, juga bisa dilakukan atas dasar mengenang dan menghormati jasa pahlawan revolusi yang gugur dalam peristiwa G30S/PKI. Berikut ini ulasan terkait sejarah peringatan Hari Kesaktian Pancasila.

Sejarah Hari Kesaktian Pancasila

Setiap tanggal 1 Oktober diperingati sebagai Hari Kesaktian Pancasila. Hal tersebut tertuang dalam Surat Keputusan Bersama (SKB) Menteri Agama, Menteri Ketenagakerjaan, dan Menteri Pendayagunaan Aparatur Agama, Nomor 375 Tahun 2022 tentang Perubahan atas Keputusan Bersama Menteri Agama, Menteri Ketenagakerjaan, dan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Nomor 963 Tahun 2021, Nomor 3 Tahun 2021, Nomor 4 Tahun 2021 tentang Hari Libur Nasional dan Cuti Bersama Tahun 2022.

Hari Kesaktian Pancasila berkaitan dengan peristiwa G30SPKI. Hari Kesaktian Pancasila untuk memaknai tragedi penculikan dan pembunuhan perwira tinggi dan 1 perwira menengah TNI AD dalam Gerakan 30 September oleh PKI pada tahun 1965.

Sejarah Hari Kesaktian Pancasila yang diperingati setiap tanggal 1 Oktober tidak terlepas dari sebuah insiden berdarah. Insiden tersebut adalah pembantaian terhadap enam Jenderal dan seorang Kapten serta beberapa korban lain. Peristiwa berdarah tersebut dikenal sebagai upaya kudeta Partai Komunis Indonesia untuk mengubah ideologi Pancasila dengan ideologi komunis.

Gerakan 30 September atau yang lebih dikenal dengan peristiwa G30S PKI merupakan insiden berdarah yang menyebabkan enam perwira tinggi berpangkat jenderal, seorang kapten, dan beberapa orang lainnya terbunuh. Hal ini dianggap sebagai upaya pemberontakan yang dilakukan oleh beberapa pengawal istana yang dikenal sebagai Pasukan Cakrabirawa. Pasukan tersebut dianggap mendukung PKI (Partai Komunis Indonesia) yang saat dikomandoi oleh Letkol Untung.

Dalam peristiwa tersebut, 6 Jenderal serta satu perwira TNI AD dibunuh. Mereka adalah:

  • Letnan Jenderal Anumerta Ahmad Yani
  • Mayor Jenderal Raden Soeprapto
  • Mayor Jenderal Mas Tirtodarmo Haryono
  • Mayor Jenderal Siswondo Parman
  • Brigadir Jenderal Donald Isaac Panjaitan
  • Brigadir Jenderal Sutoyo Siswodiharjo, dan
  • Lettu Pierre Andreas Tendean.

PKI bersangkal jika para jenderal tersebut akan melakukan kudeta terhadap Soekarno melalui Dewan Jenderal. Mereka dibunuh dan dimasukkan ke sumur Lubang Buaya di Jakarta Timur.

Lokasi jenazah ditemukan oleh satuan Resimen Para Anggota Komando Angkatan Darat (RPKAD) di kawasan hutan karet Lubang Buaya. Jenazah ditemukan di sumur tua dengan kedalaman kurang lebih 12 meter.

Sasaran utama Jenderal TNI Abdul Harris Nasution selamat dari insiden tersebut. Namun, Lettu CZI Pierre Andreas Tendean dan Ade Irma Suryani Nasution terbunuh karena salah sasaran. Selain beberapa anggota perwira, terdapat juga korban lainnya yang ikut menjadi korban diantaranya adalah:

  • Letkol Sugiyono Mangunwiyoto (Kepala Staf Korem 072/ Pamungkas, Yogyakarta
  • Kol. Katamso Darmokusumo (komandan Korem 072/ Pamungkas, Yogyakarta)
  • Bripka Karel Satsuit Tubun (Pengawal Kediaman Resmi Wakil Perdana Menteri II dr. J. Leimena)

Kasus pembunuhan 6 jenderal ini pun terkuak pada 3 Oktober 1965, namun kondisi politik Indonesia menjadi tidak kondusif. Pembunuhan dan pembantaian anggota dan simpatisan PKI terjadi. Dirtengarai sekitar jutaan orang tewas menjadi korban dari tentara dan organisasi pemuda pendukungnya.

Kemudian pada 6 Oktober, Soekarno mengimbau rakyat untuk menciptakan persatuan nasional, yaitu persatuan antara angkatan bersenjata dengan para korbannya, dan penghentian kekerasan. Pada 16 Oktober 1965, Soekarno melantik Mayjen Soeharo menjadi Menteri/Panglima Angkatan Darat di Istana Negara. Lalu, pada 11 Maret 1966 Soekarno memberi Soeharto kekuasaan tak terbatas melalui Surat Sebelas Maret.

Pada masa pemerintahan Soeharto atau Orde Baru, ada sebuah film yang biasanya akan diputar dan dipertontonkan melalui media televisi nasional. Hal ini bertujuan untuk mengenang kejadian G30S/PKI. Bahkan, hingga saat ini masih selalu dilaksanakan upacara bendera di Monumen Pancasila Sakti yang berlokasi di Lubang Buaya. Setelah upacara selesai, akan dilanjutkan dengan proses tabur bunga di makam para pahlawan revolusi di TMP Kalibata.

Penetapan Hari Kesaktian Pancasila

Peringatan Hari Kesaktian Pancasila pada awalnya hanya diperingati oleh Tentara Negara Indonesia Angkatan Darat (TNI AD). Peringatan tersebut diatur dalam Surat Keputusan Menteri/Panglima Angkatan Darat bernomor Kep.977/9/1966 tertanggal 17 September 1966. Surat Keputusan tersebut menetapkan tanggal 1 Oktober sebagai Hari Kesaktian Pancasila yang harus diperingati oleh TNI AD.

Namun, selang beberapa hari setelahnya Soeharto yang saat itu masih menjabat sebagai Menteri Utama Bidang Pertahanan dan Keamanan, menerbitkan surat keputusan bernomor Kep/B/134/1966. Dalam surat itu, memerintah agar Hari Kesaktian Pancasila tak hanya diperingati di kalangan TNI AD saja. Dalam surat tersebut dinyatakan bahwa peringatan Hari Kesaktian Pancasila harus dilakukan oleh seluruh slagorde (pasukan) TNI AS, dengan mengikutsertakan angkatan lainnya serta masyarakat.

Pada 1 Oktober 1966, peringatan Hari Kesaktian Pancasila Pertama Kali Dilakukan di Lubang Buaya Jakarta.

Tanggapan

Belum ada

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Konten Terkait

[quads id=1]

Konten Terbaru