Suspek Cacar Monyet, Gejala Pasien di Jateng Mirip Monkeypox!

Admin 0 Komentar

Kementerian Kesehatan RI mengatakan bahwa ada seorang pasien yang memiliki gejala suspek cacar monyet sempat muncul di Jawa Tengah.

Indiffs – Seorang pasien yang memiliki gejala suspek cacar monyet sempat muncul di Jawa Tengah. Hal itu disampaikan oleh Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo usai menerima Komandan Pusat Hidro-Oseanografi TNI AL (Pushidronal) Laksamana Madya Nurhidayat di kantornya, Rabu (3/8/2022).

“Kita masih pantau terus sampai hari ini. Kemarin ada yang bercirikan seperti itu tapi masih didalami,” kata Ganjar.

Menurutnya, pasien suspek cacar monyet tersebut dalam pantauan Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Tengah. Ganjar menegaskan, pasien tersebut statusnya ber gejala namun belum dapat dipastikan positif cacar monyet.

Apa Itu Cacar Monyet?

Cacar monyet adalah infeksi virus monkeypox, yaitu virus yang termasuk dalam kelompok Orthopoxvirus. Virus ini awalnya menular dari hewan ke manusia melalui cakaran atau gigitan hewan, seperti tupai, monyet atau tikus, yang terinfeksi virus monkeypox, juga dapat terjadi lewat kontak langsung dengan cairan tubuh hewan yang terinfeksi.dan ditandai dengan bintil bernanah di kulit . Cacar monyet atau monkeypox pertama kali muncul di negara Republik Demokratik Kongo pada tahun 1970. Cacar monyet menyebar antar manusia melalui percikan liur yang masuk melalui mata, mulut, hidung, atau luka di kulit. Penularan juga bisa terjadi melalui benda yang ter-kontaminasi, seperti pakaian penderita. Namun, penularan antar manusia membutuhkan kontak yang lama.

Dalam penyakit cacar monyet terdapat empat kategori kasus yakni ter-konfirmasi, suspek, probable dan discarded (disingkirkan). Berikut definisi kasus cacar monyet menurut WHO:

1. Terkonfirmasi

“Disebut terkonfirmasi, apabila hasil PCR positif, mengandung cacar monyet atau monkeypox virus,” kata Juru Bicara Kementerian Kesehatan Mohammad Syahril pada konferensi pers 27 Juli 2022.

Dalam kasus pasien asal Jawa Tengah tersebut belum diketahui apakah benar positif cacar monyet atau bukan. Guna mengetahui kepastian penyakit pada pasien asal Jawa Tengah tersebut, Maxi meminta jajarannya untuk segera mengambil sampel untuk diperiksa di laboratorium.

“Kami sudah minta segera ambil sampel dan dikirim ke laboratorium BKPK Kemenkes,” kata Maxi.

2. Suspek

Seperti yang dialami satu pasien pria 55 tahun di Jawa Tengah tersebut, seseorang masuk kategori suspek cacar monyet jika mengalami kondisi sebagai berikut:

  • Orang tersebut dengan ruam akut, penyebab tidak umum,
  • Memenuhi satu atau lebih gejala sebagai berikut:
    1. Sakit kepala
    2. Demam lebih dari 38,5 derajat Celsius
    3. Limfadenopati
    4. Myalgia
    5. Sakit punggung
    6. Kelemahan tubuh
    7. Gejala ruam yang tidak menampakkan penyakit kulit lain

3. Probable

Seseorang masuk dalam kriteria suspek dan memiliki satu atau lebih kriteria di bawah ini:

  • Riwayat kontak erat
  • Riwayat perjalanan ke negara endemik 21 hari sebelum gejala
  • Melakukan hubungan seksual 21 hari sebelum gejala
  • Hasil serologi positif orthopoxvirus dan tidak punya riwayat vaksin smallpox atau infeksi orthopoxvirus
  • Dirawat di RS terkait penyakit

4. Discarded

Berarti disingkirkan kasus nya. Hal ini karena hasil PCR atau sequencing negatif.

Beberapa Gejala Cacar Monyet yang Perlu Diperhatikan:

  1. Demam
  2. Sakit kepala
  3. Nyeri otot
  4. Sakit punggung
  5. Pembengkakan kelenjar getah bening
  6. Panas dingin
  7. Kelelahan

Kemudian dalam 1 sampai 3 hari setelah demam, pasien akan mengalami ruam. Sering dimulai dari wajah lalu menyebar ke bagian tubuh lain.

Ruam Terdiri Dari Lesi yang Berkembang Dalam Urutan Berikut:

  • Makula, atau lesi berubah warna datar
  • Papula atau lesi yang sedikit terangkat
  • Vesikel atau benjolan dengan cairan bening
  • Pustula atau benjolan dengan cairan kekuningan
  • Keropeng

Lesi akan menghilang setelah mengering. Gejala cacar monyet umumnya berlangsung 2 hingga 4 minggu dan hilang tanpa pengobatan seperti suspek cacar monyet Jawa Tengah

“Pengobatan umumnya mendukung karena tidak ada obat khusus yang tersedia. Namun, vaksin tersedia yang dapat diberikan untuk mencegah perkembangan penyakit,” kata Profesor Kesehatan Masyarakat Internasional di London School of Hygiene & Tropical Medicine Jimmy Whitworth.

Tanggapan

Belum ada

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Konten Terkait

[quads id=1]

Konten Terbaru