Teks Ceramah Ramadhan Hari Ke-17: “Peringatan Nuzulul Qur’an”
INDIFFS.COM – Bulan suci Ramadhan kini telah menuju hari ke-17, yang mana kegiatan atau acara keagamaan seperti kajian ceramah sering diselenggarakan. Dimana, ceramah itu juga biasa dibawakan oleh Ustadz yang ditunjuk untuk mengisi agenda.
Biasanya, ceramah tersebut berisikan tentang motivasi bagi umat muslim agar semakin giat meraih pahala, pengampunan, serta ridha dari Allah SWT. Karena mengingat, bulan Ramadhan merupakan bulan yang istimewa dibandingkan bulan-bulan yang lainnya.
Nah, bagi kamu yang sedang mencari contoh teks ceramah untuk dibawakan saat kajian, kultum, atau acara keagamaan lainnya di hari ke-17 Ramadhan, kamu bisa simak artikel ini!
Teks Ceramah Ramadhan Hari ke-17
Mengingat bahwa tanggal 17 Ramadhan di peringati sebagai malam nuzulul Qur’an, maka dari itu kali ini kami akan menyajikan teks ceramah Ramadhan bertema “Peringatan Nuzulul Qur’an”. Materi ini sebagaimana kami rangkum dari laman, duniapelajar.com.
Peringatan Nuzulul Qur’an
Assalamu’alaikum Warahmatullahhi Wabarakatuh.
Innal hamdalilah wasolatu wasalamu ala rosulillah syaidina Muhammad ibni abdilah waala alihi wahbihi wamawalah (amma ba’du)
Hadirin muslimin wal muslimat yang semoga Allah muliakan di dunia dan akhirat. Alhamdulillah, dengan izin Allah kita bisa berkumpul di tempat ini.
Pertama-tama mari kita panjatkan puji dan syukur kehadirat Allah SWT yang melimpahi berkah karunia dan nikmat iman dan Islam pada umat muslim. Sholawat serta salah tercurah limpahkan kepada Nabi kita Muhammad SAW.
Hadirin yang dimuliakan oleh Allah SWT
Seperti yang telah kita maklumi bahwa lailatul Qadr itu ada pada bulan ramadhan yaitu malam yang dimaksudkan dalam firman Allah yang artinya: “Sesungguhnya kami menurunkannya pada suatu malam yang diberkahi dan sesungguhnya kami-lah yang memberikan peringatan” (Ad Dukhaan: 3)
Dan karena penyepinya Rasulullah SAW. di gua Hira’ adalah pada bulan ramadhan, dan kejadian turunnya Jibril as adalah di dalam gua Hira’.
Jadi, Nuzul Qur’an ada pada bulan Ramadhan, pada hari senin, sebab semua ahli sejarah atau sebagian besar mereka sepakat bahwa diutusnya beliau menjadi Nabi adalah pada hari senin. Hal ini sangat kuat karena Rasulullah saw ketika ditanya tentang puasa senin beliau menjawab: “Di dalamnya aku dilahirkan dan di dalamnya diturunkan (wahyu) atasku.” (HR. Muslim).
Hadirin Sekalian
Peristiwa Nuzul Qur’an bukanlah diharapkan agar dijadikan sebagai hari raya oleh umat ini, yang dirayakan setiap tahun, karena hari raya oleh umat ini, yang dirayakan setiap tahun, karena Islam bukanlah agama perayaan sebagaimana halnya agama-agama lain.
Islam tidak memerlukan polesan, tidak perlu dibungkusan dengan perayaan-perayaan yang membuat orang-orang tertarik kepadanya. Karena turunnya al-Qur’an bukan untuk diperingati setiap tahunnya, melainkan untuk memperingatkan kita setiap saat.
Lanjutan …
Memperingati peristiwa turunnya al-Qur’an bukanlah cara orang-orang shaleh yang muttaqin. Akan tetapi jejak ulama-ulama salaf adalah membaca al-Qur’an, membaca dan membaca lagi. Allah berfirman yang artinya:
“Sesungguhnya orang-orang yang selalu membaca kitab Allah dan mendirikan shalat dan menafkahkan sebagian dari rezeki yang kami anugrahkan kepada mereka dengan diam-diam dan terang-terangan, mereka itu mengharapkan perniagaan yang tidak akan merugi”. (QS Fatir:29)
Apalagi di bulan Ramadhan, bulan al-Qur’an ini, Umar RA. berkata: “Seandainya kita bersih, tentu akan merasa kenyang dari kalam Allah. Sesungguhnya aku amat tidak suka manakala datang sebuah hari sementara aku tidak membaca al-Qur’an. Karena itu beliau tidak meninggal dunia sehingga mushafnya sobek karena seringnya dibaca.
Para Hadirin, karena begitu memahami arti dari Ramadhan, bulan Al-Qur’an, dan begitu kuatnya dalam mencintai Al-Qur’an.
Maka bila bulan ramadhan tiba mereka mengkhususkan diri untuk membaca Al-Qur’an seperti yang dilakukan oleh Imam Az-Zuhri dan Sufyan Ats-Tsauri. Sehingga dalam satu bulan khatam al-Qur’an berpuluh kali.
Imam Qatadah umpamanya, di luar Ramadhan khatam setiap tujuh hari, di dalam Ramadhan khatam setiap tiga hari, dan di sepuluh hari terakhir khatam setiap hari, sementara Imam Syafi’I di luar Ramadhan setiap khatam dua kali, itu semua di luar shalat.
Begitu ulama Ahlus Sunnah tidak pernah merayakan Nuzul Qur’an, namun setiap hari khatam Al-Qur’an, ada yang sekali dan dapat yang dua kali. Sementara kita sebulan Ramadhan jika khatam sekali saja maka sudah puas dan gembira.
Demikian yang bisa saya sampaikan, Wassalamu’alaikum Wr. Wb.
Nah, itulah teks ceramah yang bisa kamu gunakan untuk kegiatan di Bulan Ramadhan. Seperti kajian ataupun kultum di hari ke-17 Ramadhan dengan tema “Peringatan Nuzulul Qur’an” Semoga bermanfaat!
Tanggapan
Belum ada